Upaya melestarikan lingkungan harus dimulai sejak dini, dan edukasi memegang peranan krusial dalam membangun kesadaran ini pada generasi muda. Dengan menanamkan pemahaman dan kepedulian sejak bangku sekolah, kita dapat membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap keberlanjutan planet ini. Artikel ini akan membahas mengapa edukasi lingkungan sangat penting dan bagaimana penerapannya dapat berjalan efektif.
Anak-anak adalah agen perubahan masa depan. Membekali mereka dengan pengetahuan dan nilai-nilai lingkungan sejak usia sekolah dasar hingga menengah pertama akan menciptakan fondasi yang kuat. Pada tanggal 17 Juli 2025, dalam sebuah webinar nasional tentang “Edukasi Lingkungan untuk Generasi Mendatang” yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bapak Dr. Suryo Wijoyo, seorang ahli pendidikan konservasi, menekankan bahwa “kesadaran lingkungan yang ditanamkan sejak dini akan menjadi kebiasaan hingga dewasa.” Beliau mencontohkan bagaimana di SD Alam Lestari, pada hari Selasa, 22 Juli 2025, pukul 09.00 WIB, siswa diajak langsung menanam bibit pohon di area sekolah sebagai bagian dari pelajaran IPA. Program ini, yang rutin diadakan setiap tahun, bertujuan untuk melestarikan lingkungan melalui pengalaman langsung.
Selain teori, edukasi lingkungan juga harus bersifat praktis dan partisipatif. Siswa perlu dilibatkan dalam kegiatan nyata yang menunjukkan bagaimana tindakan mereka dapat berdampak positif. Di SMP Karya Bangsa, pada hari Jumat, 8 Agustus 2025, pukul 14.00 WIB, mereka meluncurkan program “Bank Sampah Sekolah.” Siswa diajarkan cara memilah sampah anorganik di rumah dan membawanya ke sekolah untuk ditimbang dan ditukar dengan poin yang dapat ditukar dengan alat tulis. Program ini tidak hanya melestarikan lingkungan dengan mengurangi sampah, tetapi juga mengajarkan nilai ekonomi dari limbah. Ibu Ratna, guru pembimbing, menyatakan bahwa program ini telah berhasil mengumpulkan rata-rata 50 kg sampah daur ulang per minggu.
Peran guru sangat vital dalam keberhasilan edukasi ini. Mereka harus menjadi teladan dan fasilitator yang menginspirasi. Kurikulum juga perlu diperkaya dengan materi-materi yang relevan dan terkini mengenai isu-isu lingkungan. Di SMA Tunas Harapan, pada hari Rabu, 20 Agustus 2025, pukul 10.00 WIB, guru Geografi, Bapak Heru, mengintegrasikan isu perubahan iklim global ke dalam pelajaran, mengajak siswa menganalisis data dan mencari solusi lokal. Pada tanggal 5 September 2025, sebuah insiden di mana sekelompok oknum tidak bertanggung jawab membuang limbah sembarangan ke sungai dekat sekolah, dan memerlukan penanganan dari petugas kepolisian setempat pukul 11.00 WIB, semakin mempertegas urgensi melestarikan lingkungan melalui edukasi. Dengan demikian, investasi pada edukasi lingkungan sejak dini adalah kunci untuk memastikan keberlangsungan Bumi yang bersih dan sehat.