Daur ulang telah menjadi pilar utama dalam gerakan lingkungan, namun sayangnya, informasi simpang siur dan mitos seringkali menyelimuti prosesnya. Dua material yang paling umum didaur ulang, kertas dan kaca, memiliki proses dan batasan yang unik. Untuk memastikan partisipasi masyarakat dalam program daur ulang berjalan efektif, sangat penting untuk Menguak Kebenaran di balik kedua material ini, membedakan antara fakta ilmiah dan anggapan yang keliru. Menguak Kebenaran ini akan membantu kita untuk memilah sampah dengan benar, sehingga mengurangi biaya operasional pabrik daur ulang dan meningkatkan kualitas bahan baku yang dihasilkan.
Fakta dan Mitos Daur Ulang Kertas
Mitos yang sering beredar adalah bahwa semua jenis kertas dapat didaur ulang. Menguak Kebenaran menunjukkan bahwa ini tidak sepenuhnya benar. Faktanya, kertas yang berlapis lilin, kertas karbon, atau kertas yang terlalu kotor (misalnya, kotak pizza berminyak atau tisu bekas) tidak dapat didaur ulang karena kontaminasi minyak atau bahan kimia lainnya merusak serat selulosa. Pabrik daur ulang kertas harus melalui tahap de-inking dan pulping, dan kontaminan ini sulit dihilangkan. Menurut data dari Asosiasi Industri Pulp dan Kertas (APKI) pada Maret 2024, tingkat kontaminasi yang tinggi menyebabkan penolakan limbah kertas sebesar 15% dari total setoran di beberapa sentra daur ulang. Oleh karena itu, langkah paling penting adalah memastikan kertas yang disetorkan bersih dan kering.
Fakta lain tentang kertas adalah bahwa ia hanya dapat didaur ulang dalam jumlah siklus yang terbatas. Setiap kali kertas didaur ulang, serat selulosanya memendek. Setelah didaur ulang sekitar lima hingga tujuh kali, serat tersebut menjadi terlalu pendek dan lemah untuk dijadikan kertas baru yang berkualitas tinggi, sehingga harus dicampur dengan serat baru (virgin fiber). Hal ini membuktikan bahwa meskipun daur ulang sangat penting, mengurangi konsumsi kertas secara keseluruhan (reduce) tetap menjadi prioritas utama.
Fakta dan Mitos Daur Ulang Kaca
Mitos yang dominan mengenai kaca adalah bahwa ia juga memiliki batasan daur ulang seperti kertas. Menguak Kebenaran menunjukkan sebaliknya: kaca adalah material yang luar biasa. Fakta menunjukkan bahwa kaca dapat didaur ulang tanpa batas waktu dan tanpa kehilangan kualitas, menjadikannya model ideal dalam ekonomi sirkular. Kaca bekas (cullet) dilebur dan dibentuk kembali, proses ini menghemat energi hingga 40% dibandingkan memproduksi kaca dari bahan baku mentah (pasir silika, soda abu, dan batu kapur).
Namun, ada beberapa mitos terkait jenis kaca yang bisa didaur ulang. Kaca jendela, cermin, keramik, dan bohlam lampu tidak dapat didaur ulang bersama dengan botol kaca makanan atau minuman. Hal ini karena mereka memiliki titik leleh dan komposisi kimia yang berbeda. Pengawas kualitas material di PT Kaca Indonesia, Bapak Ir. Sutrisno, mencatat pada laporan penerimaan material tanggal 19 September 2024, bahwa pecahan keramik sekecil apapun dapat merusak seluruh proses peleburan, menyebabkan cacat fatal pada produk kaca baru. Masyarakat harus memilah kaca berdasarkan jenisnya.
Dengan Menguak Kebenaran di balik kedua material ini, kita dapat menjadi konsumen yang lebih cerdas dan peserta daur ulang yang lebih bertanggung jawab. Daur ulang adalah proses yang membutuhkan kualitas, bukan hanya kuantitas. Dengan memilah dengan bersih dan membuang sesuai jenisnya, kita memaksimalkan efisiensi pabrik, menghemat sumber daya, dan benar-benar berkontribusi pada perlindungan lingkungan.