Di tengah tingginya laju produksi dan konsumsi yang didorong oleh model linier (take-make-dispose), konsep Ekonomi Sirkular hadir sebagai paradigma baru yang menjanjikan keberlanjutan. Ekonomi Sirkular adalah sebuah sistem yang dirancang untuk menjaga agar produk, komponen, dan material dapat dimanfaatkan selama mungkin, menghilangkan konsep “sampah” dengan mengembalikannya sebagai sumber daya. Prinsip utamanya adalah merancang produk agar dapat didaur ulang, diperbaiki, atau digunakan kembali. Dengan mengubah sampah menjadi peluang bisnis, Ekonomi Sirkular menawarkan potensi keuntungan ganda: keuntungan ekonomi sekaligus keuntungan lingkungan.
Berbeda dengan ekonomi linier yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar—misalnya, timbunan sampah plastik di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Seluas Tujuh Hektar yang terus bertambah hingga Mei 2024—model sirkular mendorong inovasi dalam desain produk. Produk tidak lagi dipandang sebagai barang sekali pakai, melainkan sebagai aset yang komponennya dapat diambil dan digunakan kembali. Hal ini menciptakan sektor industri baru, yaitu jasa perbaikan, penyewaan, dan daur ulang material tingkat tinggi.
Contoh nyata penerapan Ekonomi Sirkular terlihat pada industri pengolahan plastik. Sebuah perusahaan startup di Kawasan Industri Cikarang berhasil membangun pabrik daur ulang canggih pada Senin, 18 November 2024. Perusahaan ini mengambil sampah plastik PET bekas dari pengepul, memprosesnya menjadi biji plastik berkualitas tinggi, dan menjualnya kembali ke industri tekstil untuk dijadikan bahan baku pakaian atau serat karpet. Hal ini secara signifikan mengurangi permintaan akan plastik baru (virgin plastic) yang berasal dari minyak bumi.
Selain itu, konsep sirkular juga membuka peluang bisnis dalam pengelolaan limbah organik. Program “Bank Sampah” yang dikelola oleh komunitas, didukung oleh Dinas Kebersihan Kota Sejahtera sejak Februari 2023, mendorong warga untuk memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian diolah menjadi kompos skala besar yang dijual kembali kepada petani atau pemilik perkebunan. Ini menunjukkan bagaimana material yang sebelumnya dianggap limbah kini memiliki nilai ekonomi, memberdayakan masyarakat lokal dan mengurangi volume sampah yang harus diangkut oleh truk-truk milik Petugas Angkutan Sampah setiap harinya.
Penerapan menyeluruh dari Ekonomi Sirkular memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan konsumen. Pemerintah perlu menciptakan kerangka regulasi yang mendukung, seperti kebijakan Extended Producer Responsibility (EPR) yang mewajibkan produsen bertanggung jawab atas seluruh siklus hidup produk mereka. Sementara itu, konsumen harus mengubah perilaku dengan lebih memilih produk yang berlabel ramah lingkungan, tahan lama, dan mudah diperbaiki. Dengan visi ini, kita dapat mewujudkan sebuah sistem ekonomi yang efisien, tangguh, dan berkelanjutan, di mana sampah benar-benar dianggap sebagai kegagalan desain yang harus dihindari, bukan sebagai keniscayaan.